Rabu, 06 Februari 2013

DRAMA


DRAMA

1.   Pengertian
Drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog di atas panggung. Lakuan dan dialog dalam drama tidak jauh berbeda dengan lakuan serta dialog yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melihat drama, penonton seolah-olah melihat kehidupan dan kejadian dalam masyarakat. Hal ini karena drama merupakan potret kehidupan manusia, yang suka dan duka, konflik, dan aneka kehidupan lainnya yang memang penuh warna.
2.   Unsur-Unsur Drama
Unsur-unsur drama, meliputi penokohan, dialog, alur, dan latar.
a.    Tokoh
Tokoh adalah orang-orang yang berperan dalam suatu drama. Berdasarkan perananya terhadap jalan cerita, tokoh bisa dibedakan menjadi tiga;
1.   Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita.
2.   Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figuran pembantu yang ikut menentang cerita.
3.   Tokoh Tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis.
b.   Dialog
Dua tuntutan yang harus dipenuhi dalam percakapan atau dialog.
1.    Dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya. Dialog harus dipergunakan untuk mencerminkan sesuatu yang telah terjadi sebelum cerita itu dimainkan, sesuatu yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas.
2.    Dialog yang diucapkan di atas pentas lebihtajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja; para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.
Percakapan dalamdrama ini dibedakan atas;
1.    Prolog, yakni percakapan awal sebagai pembuka pertujukan drama.
2.    Monolog, yakni percakapan sendiri
3.    Dialog, yakni percakapan bersama lebih dari 1 orang
4.    Epilog, percakapan akhir sebagai penutup pertunjukan.
c.    Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa dan konflik yang dijalin dengan saksama dan menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan penyelesaian.
Jenis-jenis alur adalah sebagai berikut
1.    Alur maju, yakni penceritaan rangkaian peristiwa mulai dari peristiwa paling awal sampai peristiwa terkahir.
2.    Alur mundur, yakni penceritaan rangkaian peristiwa mulai dari peristiwa yang paling akhir kemudian berbalik ke peristiwa yang paling awal.
3.    Alur campuran, yakni perpaduan antara alur maju dan alur mundur di dalam suatu cerita.
d.   Latar
Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu di dalam naskah drama.
1.    Latar tempat, yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama, seperti di Bandung, Surabaya, dan sebagainya.
2.    Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama, seperti pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945.
3.    Latar suasana/budaya, yakni penggambaran suasan ataupun budaya yang melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama misalnya dalam budaya masyarakat Betawi, Melayu, dan Sunda.
4.   Para Pelaku dan Fasilitas-fasilitas Pementasan
a.    Para Pelaku Pementasan
Suatu pementasan terlahir kerja sama yang baik. Riuh rendahnya tepukan penonton bukan untuk satu orang saja. Sebabnya, di balik suatu pementasan, terdapat para pekerja seni yang piawai di bidangnya.
1.    Penulis Naskah, yakni pertunjukan drama dimainkan berdasarkan naskah. Naskah drama tidak hanya menonjolkan seni peran, tetapi juga sarat akan pesan. Idenya murni pemikiran sang  penulis naskah. Namkun demikian, dapat pula diambil dari nakah orang lain maupun dari kisah-kisah klasik. Biasanya penulis menafsirkan ulang kisah tersebut sehingga banyak terjadi perubahan, baik itu dalam hal sudut pandang, tokoh, ataupun setingnya.
2.    Sutradara, yakni orang yang paling bertanggung jawab dalam suatu pementasan. Ibarat negara, sutradara adalah presidennya. Ia yang memutuskan peran, mengarahkan pemain, menuangkan ide artistik panggung, bahkan memikirkan biaya produksi. Semua komando ada di bawah sang sutradara.
3.    Narator, yakni bisa juga disebut dalang. Tugasnya adalah menceritakan kepada penonton mengenai isi cerita. Meskipun berakting di atas panggung, tapi seorang narator berada di luar alur cerita. Pemunculannya hanya untuk membuka dan menutup cerita saja. Di tengah-tengah alur cerita, ia biasa muncul untuk mengomentari cerita yang sedang dimainkan. Kehadiran narator akan membuat suasan pementasan lebih komunikatif bahkan sering memancing gelak tawa. Karena itulah, seorang narator harus mempunyai kekuatan akting yang maksimal.
4.    Pemain Drama, yakni aktris atau disebut juga aktor. Pemain mendapatkan peran sesuai dengan kemampuan beraktingnya. Setiap orang berhak mengikuti casting (pemilihan peran) dan dari situlah sutradara memilih yang terbaik dari mereka. Saat casting, selalu dipilih dua orang sekaligus untuk satu peran. Salah satu dari mereka sebagai pemain utama, dan yang lain sebagai cadangan. Setelah menerima peran, mereka menghafal naskah. Mereka juga melakukan diskusi dengan lawan main. Tak jarang mereka melakukan observasi mengenai peran yang akan dimainkannya.
5.    Penata Artistik, menyampaikan ide-ide panggungnya pada sutradara. Dengan diskusi, akan lahir kesepakatan bagaimana dekorasi panggung, tata cahaya, suara, dan sebagainya.
6.    Penata Rias, riasan wajah bisa memperkuat karakter yagn dimainkan seorang aktor atau aktris. Tata rias dapat membedakan tampilan muka seroagn pemain atara tokoh yagn berperan jahat dengan yang baik. Karakter, kostum, cahaya, dan lain-lain merupakan faktor yang sangat diperhitungkan penata rias dalam merias wajah para peamin.
7.    Penata Kostum, menerjemahkan karakter suatu peran ke dalam rancangan busananya. Kostum yang dibuat haruslah sesuai dan mendukung naskah cerita. Kalau perlu, seorang penata kostum melakukan pengamatan satu per satu terhadap peran para pemain. Gerakan-gerakan yang dilakukan pemain menjadi pertimbangan dalam pemilihan bahan dan model kostum.
b.   Fasilitas-Fasilitas Pementasan
1.    Panggung Hidrolik, sebuah bidang panggung dapat dinaikturunkan sampai ke kedalaman empat meter. Cara kerjanya mirip dengan elevator, yaitu dengan sistem hidrolik yang memanfaatkan tekanan untuk mengerakan tuas. Dorongan inilah yang menyebabkan panggung bisa dinaikturunkan bahkan dimiringkan sampai drajat tertentu. Sistem operasi panggung hidrolik ini dilengkapi TV monitor. Walau operator  berada di bawah panggung, ia dapat melihat keadaan di atas panggung.
2.    Kontrol Cahaya, pencahayaan panggung dilakukan oleh penata cahaya. Ia mendapat skrip naskah yang menyertakan keterangan cahaya adegan per adegan. Dari naskah itulah ia mengetahui kapan lampu harus menyala atau padam. Pengoperasian tata cahaya dapat pula menggunakan sistem komputerisasi. Dengan bantuan alat status cue, penata cahaya memprogram data cahaya ke sebuah file. Dengan alat ini, saat pertunjukkan berlangsung, seorang pengatur cahaya tinggal mengklik tombol yang ada pada layar komputer.
3.    Kontrol Suara, dalam pementasan, suara yang keluar dari atas panggung tidak langsung terdengar oleh penonton, ditangkap oleh alat penerima gelombang atau receiver. Dari receiver, suara dikirim ke alat penyaimbang suara, yaitu mixer. Alat penyeimbang tersebut berguna supaya tak ada suara yagn terlalu keras atau terlalu lemah, sehingga penonton dapat menikmati isi teate denga nyaman.
4.    Ruang Gantung, layar pada panggung memang bisa diganti-ganti sesuai dengan tuntutan cerita. Layar-layar itu tergantung di atas panggung. Ruang gantung tepat menyimpan set dektor ini disebut flybar. Cara kerjanya manual, yaitu dengan sistem katrol.
5.    Sistem Akustik, ada banyak teknologi yang bisa dipakai untuk sebuah gedung pertunjukan. Tapi ada satu hal yang wajib dimiliki, yakni akustik yang baik. Gedung pertunjukan selayaknya mempunyai kekedapan suara yang tinggi. Fungsinya, agar suara-suara dari luar tidak masuk ke dalam. Misalnya bunyi hujan, deru kendaraan, dan lain-lain tidak seharusnya terdengar dari ruangan. Hal ini akan mengganggu pementasan.
5.   Teknik Pemeranan
Drama, adalah karangan yang berupa dialog sebagai bentuk alurnya. Dialog dalam drama tidak jauh beda dengan percakapan dalam kehidupan sehari-hari. Bedanya, dialog dalam drama sudah diatur sebelumnya oleh penulis skenario ataupun oleh sutradara. Walaupun demikian, kita harus membaca atau menyampaikannya sewajar dan sealamiah-alamiahnya. Untuk itulah kita hanya memperhatikan hal-hal berikut;
a.     Penggunaan bahasa, baik cara pelafalan maupun intonasi, harus relevan. Logat yang diucapkan hendaknya disesuaikan dengan asal suku atau daerah, usia, dan  status sosial tokoh yang diperankan. Umpamanya, melalui lafal dan logatnya, seorang pemeran tokoh seniman harus memerankan dirinya secara total sebagai seniman dan jangan mengesankan seorang pengusaha.
b.    Ekspresi tubuh dan mimik muka harus isesuaikan dengan dialog. Bila dialog menyatakan kemarahan, misalnya ekspresi tubuh dan mimik muka pun harus menunjukkan rasa marah.
c.     Untuk lebihmenghidupkan sasana dan menjadikan dialog lebih wajar dan alamiah, para pemain dapat berimprovisasi di laur naskah.

2 komentar:

  1. pemilihan warna tulisan dan warna latar yang sangat tidak cocok
    mohon untuk dirubah agar warna tulisan dan warna latar berbeba agar memudahkan pembaca dalam membaca

    BalasHapus
  2. Titaniumbohr model 1 | Titanium Art
    Model 1 titanium keychain (Titanium Alloy), titanium helix earrings is a titanium plate flat irons chrome finished solid pure titanium earrings state titanium vs stainless steel apple watch car with the ability to produce beautiful, smooth, and efficient graphite.

    BalasHapus